Gemuruh angin mulai
mengibas-kibaskan baju yang melekat di tubuhku. Terpaannya yang dingin memaksa
tuk merayap masuk dalam pori-pori kulit tipisku. Aku kini tengah berada dalam
dek kapal yang nyaris berlabuh sempurna. Sesaat kemudian terdengar suara gemuruh
badan kapal yang menyinggung bibir dermaga hingga membuat goncangan kecil di
seluruh bagian kapal. Dan akhirnya aku kembali menginjakkan kakiku di tanah Jawa,
setelah hampir sejam terombang-ambing melawan terpaan ombak dan usikan gemuruh
angin laut di selat Bali. Selamat tinggal Pulau Dewata nan indah. Ku telusuri
lorong-lorong dermaga di pelabuhan Ketapang. Aku terenyuh menyaksikan
pemandangan yang memang asing untukku. Anak-anak pesisir yang sangat tangguh,
sedang mengais pundi-pundi rupiah dengan menceburkan diri ke dinginnya air laut
dan menjerit-jerit meminta koin-koin rupiah pada setiap pejalan kaki di atas
dermaga. Menyusuri lorong-lorong dermaga hanya demi pundi-pundi rupiah. Aku
semakin miris saat melihat seorang anak usia sekitar 7 tahun yang sedang
berdiri bersandar di salah satu tiang dermaga dengan tubuh telanjang dada dan
basah kuyup menggigil kedinginan dengan bibir yang membiru dan bergetar. Bahwa
hidup tak akan selalu mudah, dibutuhkan kerja keras yang begitu tinggi. Terima
kasih anak-anak pesisir ketapang yang tangguh, satu lagi pelajaran yang dapat
aku ambil.