Translate

Rabu, 11 Juli 2012

Anak-anak tangguh ketapang


Gemuruh angin mulai mengibas-kibaskan baju yang melekat di tubuhku. Terpaannya yang dingin memaksa tuk merayap masuk dalam pori-pori kulit tipisku. Aku kini tengah berada dalam dek kapal yang nyaris berlabuh sempurna. Sesaat kemudian terdengar suara gemuruh badan kapal yang menyinggung bibir dermaga hingga membuat goncangan kecil di seluruh bagian kapal. Dan akhirnya aku kembali menginjakkan kakiku di tanah Jawa, setelah hampir sejam terombang-ambing melawan terpaan ombak dan usikan gemuruh angin laut di selat Bali. Selamat tinggal Pulau Dewata nan indah. Ku telusuri lorong-lorong dermaga di pelabuhan Ketapang. Aku terenyuh menyaksikan pemandangan yang memang asing untukku. Anak-anak pesisir yang sangat tangguh, sedang mengais pundi-pundi rupiah dengan menceburkan diri ke dinginnya air laut dan menjerit-jerit meminta koin-koin rupiah pada setiap pejalan kaki di atas dermaga. Menyusuri lorong-lorong dermaga hanya demi pundi-pundi rupiah. Aku semakin miris saat melihat seorang anak usia sekitar 7 tahun yang sedang berdiri bersandar di salah satu tiang dermaga dengan tubuh telanjang dada dan basah kuyup menggigil kedinginan dengan bibir yang membiru dan bergetar. Bahwa hidup tak akan selalu mudah, dibutuhkan kerja keras yang begitu tinggi. Terima kasih anak-anak pesisir ketapang yang tangguh, satu lagi pelajaran yang dapat aku ambil.