Kenyataan ini sukses mengobrak abrik serta menghujam kejam
seluruh ruang dalam hatiku. Harapan asa yang tlah ku susun rapi hingga memaksa
imaji berjuang menembus sang bima sakti, kini hancur menjadi kepingan-kepingan
kecil yang begitu tak adil. Hanya sedetik, kau mampu menapik seluruh asa yang
begitu pelik. Sayatan luka yang begitu mendera hanya sia-sia, tak jua kau
melirik walau hanya sedetik.
Ku pejamkan mata coklatku yang sinarnya mulai meredup. Ku
susun rapi asa dan mimpiku bersamamu. Ku hadirkan padang rumput yang
membentang, angin yang berhembus lirih mengusik tapi bagiku tak begitu berisik.
Rerumputan itu melambai-lambai mengikuti melodi angin yang kian mendayu.
Kulihat juga warna-warni bunga bertaburan dalam luasnya padang khayalku. Tanpa
ku sadari aku tersenyum bahagia. Terlalu bahagia bahkan. Hingga serasa angin
turut meniupku dalam melodinya yang begitu mendayu-dayu. Tenang dan damai, Oh
Tuhan seperti ini kah rasanya kebahagiaan sejati?? Sampai tiba saat kau
merenggut seluruh imaji itu. Kau matikan
sinar mataku yang mulai meredup itu. Kau obrak-abrikkan susunan puing-puing asa
yang tlah ku susun rapi. Kau sayat-sayat seluruh untaian bunga yang selalu ku pupuk dan ku sirami dalam
indahnya taman hatiku. Kau ubah angin yang berhembus lirih menjadi badai yang
memporak-porandakan seluruh ruang dalam hatiku.“Praaaakk” Sepertinya aku
mendengar ada yang patah dalam ruang dadaku. Deretan tulang rusuk ini terasa
begitu nyeri. Dadaku sesak, begitu sesak. Hingga aku lupa caranya bernafas
dengan benar. Cara mendapatkan udara yang begitu segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar